ILMU HADITS DAN USHUL FIQH SEBELUM MENUJU KE PEMBAHASAN DI BULUGHUL MARAM

              بسم الله الرحمن الرحيم

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 


       Sebelum kita menuju ke pembahasan Bulughul Maram, baiknya kita mengenal dulu urusan – urusan dalam Hadits, Ushululfiqh dan Isthilah-isthilah yang biasanya dipakai dalam kitab ini.
Mungkin akan sedikit lebih panjang. Harap diperhatikan setiap materinya karena ini saling terhubung satu sama lain. Saya tidak akan memberikan materinya secara langsung, melainkan secara bertahap sedikit2 setiap hari saya update postingan ini. Baiklah kita mulai.

Jum'at, 28 Juli 2017


Fashal 1 : Hadits dan Atsar
Asal arti Hadits, ialah omongan, perkataan, ucapai dan sebangsanya.
Ghalibnya (biasanya/lazimnya) terpakai buat perkataan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Jika disebut dalam Hadits Nabi, maka maksudnya ialah sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Terkadang disebut Hadits Anas, umpamanya, maka maksudnya ialah Hadits yang diriwayatkan oleh Anas.
Sering dikata Hadits Bukhari, umpamanya, maka maksudnya ialah Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari di dalam kitabnya.
Lafazh Hadits yang diucapkan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ itu, dinamakan matan Hadits atau isi Hadits.
Atsar itu, perkataan shahabat sebagaimana Hadits perkataan Nabi. Terkadang omongan dari shahabat dikatakan riwayat.

Fashal 2 : Gambaran Sanad
                Sabda Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di dengar oleh shahabat : seorang atau lebih. Mereka ini : seorang atau lebih sampaikan kepada tabi’in : seorang atau lebih. Tabi’in pulsa sampaikan kepada orang-orang yang dibawah mereka. Demikianlah seterusnya hingga dicatat Hadits-hadits Nabi oleh imam-imam Ahli Hadits, seperti Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan lain-lainnya.
                Waktu meriwayatkan Hadits Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , Bukhari, umpamanya berkata bahwa Hadits ini diucapkan kepada saya oleh seorang, namanya A ; dan A berkata bahwa hadits ini diucapkan kepada saya oleh B ; dan B berkata, diucapkan kepada saya oleh C ; dan C berkata, diucapkan kepada saya oleh D ; dan D berkata, diucapkan kepada saya oleh E ; dan E berkata, diucapkan kepada saya oleh F ; dan F berkata, diucapkan kepada saya oleh G ; dan G berkata, diucapkan kepada saya oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
                Menurut contoh ini, antara Nabi dan Bukhari, ada 7 orang. Tujuh tidak mesti ; bisa jadi kurang atau lebih

Fashal 3 : Rawi, Sanad, dan Mudawwin
                Tiap-tiap seorang dari A sampai G yang tersebut di fashal ke 2 itu, dinamakan rawi, yakni meriwayatkan ; dan sejumlah dari rawi-rawi bagi sesuatu Hadits, dinamakan sanad, yakni sandaran, jembatan, titian, atau jalan yang menyampaikan sesuatu Hadits kepada kita.
                Sanad itu terkadang disebut isnad.
                Isnad itu berarti juga mengadakan atau menunjukkan sanad buat sesuatu Hadits.
                Mudawwin (dikatakan juga Mukharrij) , maknanya pembuku, pencatat, pendaftar ; maksudnya ialah orang ‘alim yang mencatat Hadits Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ seperti imam-imam ; Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lainnya.

Fashal 4 : Shahabi dan Tabi’i
                G mendengar Hadits dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, seperti yang tersebut di Fashal 2 itu, ialah seorang shahabi, dan F yang tidak berjumpa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tetapi mendengar Hadits dari shahabi itu dinamakan tabi’i.
                Jadi, G itu dinamakan shahabi, dan F itu tabi’i.
Tambahan: Shahabi/Shahabat Nabi ialah orang yang beriman pada zaman Nabi dan mendengar/menerima sebuah Hadits langsung dari Nabi. Sedangkan Tabi’i ialah generasi setelah shahabat, dan mendengar hadits Nabi melalui shahabat.

Fashal 5 : Awal Sanad dan Akhirnya
                Sanad itu menurut istilah Ahli Hadits ada awalnya dan ada akhirnya, yakni ada permulaan sanad dan ada kesudahan sanad.
                Maka yang dinamakan permulaan sanad itu bukanlah dari G yang bertemu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tetapi dari A ke atas (Lihat Fashal 2)
                Jadi, rawi seperti Bukhari, umpamanya, atau orang yang sampaikan kepada Bukhari, dinamakan awal sanad, dan shahabi (atau tabi’i) dinamakan akhir sanad. Demikianlah dengan Muslim, Abu Dawud dan lainnya.

Bersambung..

Sumber: Terjemah Bulughul Maram – A. Hasan

             Sekian dulu materi hari ini, besok akan saya posting fashal ke 6 sampai fashal 29, InsyaAllah. Fashal tersebut membahas tentang sifat-sifat Rawi. InsyaAllah akan mudah dipahami, karena menurut saya ini sangat penting diketahui.
          Pada fashal 1-41 ini akan membicarakan Ilmu Hadits dan selanjutnya pembahasan Ushul Fiqh, sebelum masuk ke Bulughul Maram. Masih banyak yang harus kita ketahui. Semoga masih diberi umur untuk penulis agar terus menulis sesuatu yang bermanfaat dan menjadi Ibadah juga untuk pembaca. Aamiin.


Post a Comment

0 Comments