MAKALAH: Teori Pembelajaran Klasik dan Modern



Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam tidak lupa kita panjatkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari alam yang gelap sehingga ke alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.
            Alhamdulillah makalah yang berjudul “Teori Pembelajaran Klasik dan Modern” dapat tersusun dengan baik dan dapat disajikan dengan baik.
          Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun sangat kami harapkan, demi untuk perbaikan di masa yang akan datang.
 Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
                                                                 

 Garut, 16 Maret 2016


Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................................................................. ii
BAB I              PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ........................................................................................................................................ 1             
1.2  Perumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................................................................ 1

BAB II             PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran .................................................................................................................. 2
2.2 Teori Klasik ............................................................................................................................................. 3
2.3 Teori Modern ......................................................................................................................................... 5

BAB III            PENUTUP
3.1  Kesimpulan .......................................................................................................................................... 9
3.2  Saran ....................................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.  Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan.  Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif  membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.
            Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.  Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
            Di dalam makalah ini, kami hanya membahas beberapa teori dalam belajar atau pembelajaran, yaitu teori klasik dan teori modern.
2.1. Rumusan Masalah
1. Apa itu pembelajaran?
2. Bagaimana teori klasik?
3. Bagaiman teori modern?
2.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui apa itu pembelajaran dan bagaimana pembelajaran pada teori klasik dan modern. Setelah diketahui, kami harap pembaca dapat mengetahui dan mengaplikasikannya salah satu teori yang benar dalam pembelajaran.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran
            Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat dalam perubahan yang terjadi, tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati:
“Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya.” –Personnel Psychology, Spring 1958 Hal. 2
            Pembelajaran dalam dunia pendidikan
            Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
            Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
            Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

2.2. Teori Klasik
Sebelum Abad ke-20, Teori Belajar Klasik :
a. Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.   Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
          Teori disiplin mental humanistic, bersumber pada psikologi humanisme klasik dari Plato dan Aristoteles. Humanistic terbagi menjadi dua yaitu pschycidelic (dengan melakukan sendiri), dan scientistic (dengan memecahkan masalah). Teori ini hampir sama dengan teori pertama bahwa anak memiliki potensi-potensi. Potensi perlu dilatih agar berkembang. Perbedaannya dengan teori disiplin mental theistic , teori tersebut menekankan, keseluruhan, keutuhan. Pendidikanya menekankan bagian-bagian, latihan bagian atau aspek tertentu. Teori disiplin mental humanistic lebih menekankan pendidikan umum (general education) kalau orang menguasi hal-hal yang bersifat umum akan mudah ditransfer atau diaplikasikan pada hal-hal yang bersifat yg khusus.
b. Teori disiplin mental theistic, berasal dari psikologi daya. Menurut teori ini individu atau anak mepunyai sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menganggap, mengingat, berfikir, memecahkan masalah dan sebagainya. Belajar merupakan proses melatih daya-daya tersebut. Jika daya-daya tersebut terlatih maka dengan mudah dapat digunakan untuk menhadapi atau memecahkan berbagai masalah.
c. Teori naturalisme (perkembangan alamiah) atau unfoldment atau self actualization. Teori ini berpangkal dari psikologi naturalisme romantic, dengan tokoh utamanya Jean Jacques Rouseau. Sama dengan teori kedua sebelumnya bahwa anak mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan. Kelebihan dari teori ini, berasumsi bahwa individu bukan saja hanya mempunyai potensi atau kemampuan untuk berbuat atau melakukan berbagai  tugas, tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar dan belajar sendiri. Agar anak dapat berkembang dan menaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Pendidik atau guru perlu menciptakan situasi permisif yang jelas. Melalui situasi demikian, ia dapatg belajar sendiri dan mencapai perkembangan secara optimal.
d. Teori belajar yang keempat adlah teori apersepsi, disebut juga herbartisme, bersumber pada psikologi structuralisme dengan tokoh utamanya Herbart. Menurut aliran ini, belajar adalah membentuk masa apersepsi. Anak mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu. Hasil dari suatu perbuatan belajar disimpan dan membentuk suatu masa apersepsi (mengasosiasikan gagasa-gagasan yang lama kegagasan baru), dan masa apersepsi ini digunakan untuk mempelajari atau menguasai pengetahuan selanjutnya, semakin tinggi perkembangan anak, semakin tinggi pula masa apersepsinya.
            Teori belajar klasik didasarkan pada pemikiran para filosifis yang bersifat subyektif:
1. Teori disiplin mental / psikologi fakultas / psikologi unsur
Belajar melalui instropeksi otak mns terdiri atas bagian-bagian yang memiliki tugas berbeda (Berpikir, meraba, fantasi, perasaan, kehendak) jiwa mns terdiri dari unsur-unsur tertentu dan unsur-unsur tersebut disebut dengan daya-daya jiwa. Orang akan dapat belajar jika mentalnya dilatih dengan keras terutama daya nalarnya dan selanjutnya belajar identik dengan mengasah otak.
Pandangan klasik : Orang pintar adalah orang yang menguasai ilmu pasti (logis matematik dan logis bahasa).
2. Teori Humanisme klasik (Maslow)/ Naturalisme (J.J. Rosseou dan Pestalzzi.)
• Maslow
Ia mengumpulkan biografi orang-orang terkenal dari berbagai bidang. Semua orang yang normal berpotensi untuk menjadi orang hebat.
Manusia sebagai satu kepribadian yang utuh jiwa manusia ada tiga aspek, antara lain : Afeksi, Kognitif, Psikomotor.
• J.J. Rosseou dan Pestalzzi
Anak pada waktu dilahirkan adalah baik, jika anak itu menjadi rusak itu karena pengaruh dari lingkungan disekitar anak tersebut. Karena pada masa itu moral manusia pada level yang terpuruk.
Belajar : Biarlah anak tumbuh kembang secara alamiah, jangan diapa-apakan, freedom to learn : biarlah anak belajar dengan bebas karena orang dapat mengaktualisasi dirinya jika orang tersebut tidak diganggu.
3. Teori Apersepsi dan teori Tabularasa / Impirisme
– Otak manusia seperti wadah yang siap mengkopi (Diisi) dengan apa saja dan pengetahuan yang telah masuk tersebut disebut Apersepsi
– Teori tabularasa / Empirisme oleh Jhon Lock “ Anak bagaikan kertas kosong yang siap ditulis oleh pendidik dan lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap anak itu nantinya”.
• M. David Merril (Kognitif)
Pelajaran diklasifikasikan menjadi 4, antara lain :
1. Fakta
2. Konsep
3. Prosedur
4. Prinsip
Tingkatan yang paling tinggi adalah menemukan prinsip. Tingkatan yang paling rendah adalah mengingat fakta.
2.3. Teori Modern
Setelah Abad ke-20, Teori Belajar Modern :
a.  Teori stimulus dan Respon
          Maksud dari teori ini yakni Belajar ialah suatu interaksi antara Stimulus dan Respon. Stimulus adalah hal – hal yang merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti pikiran, perasaan dan lain – lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan Respon adalah reaksi yang dimunculkan anak didik oleh ketika belajar, yang berupa gerakan, tindakan dan lain – lain.
          Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya. Stimulus ini dapat terintegrasi dengan baik melalui perencanaan program pembelajaran yang baik lengkap dengan alat-alat yang membentu siswa mencapai tujuan belajar. Sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.
          Edward Lee Thorndike, menemukan teori Stimulus dan Respon setelah melakukan percobaan, yang dinamakan trial and error (Mencoba dan kegagalan) percobaan yang terkenal adalah percobaan yang dilakukan pada seekor kucing yang dimasukkan dalam sebuah kurungan yang disebut problem box. Dalam keadaan lapar, terkunci dalam kurungan yang hanya bisa dibuka ketika menekan tombol engsel dari dalam, diberikan daging ikan diluar kurungan sebagai hadiah buat kucing jika berhasil keluar.
Dan dari percobaan itu muncul beberapa teori, yakni:
1. Law of effect
Artinya, jika sebuah Respon menghasilkan efek yang memuaskan maka hubungan stimulus dan respon akan semakin kuat.
2. Law of readiness
Yaitu kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit)
3. Law of exercise
Maksudnya adalah hubungan antara Stimulus dan Respon akan semakin kuat bila sering dilatih, dan akan melemah jika jarang dilatih.
          Menurut teori Thorndike inti teorinya yaitu ketika melakukan sesuatu memang harus ada kegagalan-kegagalan sebelumnya. Ketika ia gagal maka ia akan terus mencoba sampai akhirnya ia bisa berhasil. Dalam artian inti dari teori Thorndike ini adalah sistem coba-coba.
          Contoh dalam kegiatan sehari-hari saya yaitu pada awalnya saya tidak memasak sayur tetapi saya selalu mencoba untuk latihan, terkadang sayurnya keasinan terkadang juga kurang asin akan tetapi setelah latihan dan mencoba memasak berulang kali maka saya juga terbiasa dan akhirnya sayur yang saya masak sudah enak dimakan dan rasanya juga sudah seimbang baik rasa asin dan kecutnya.
b. Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon)
          Kemudian muncul Burhus Frederic Skinner dengan teorinya Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon) yang mengadakan eksperimen terhadap tikus. Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa proses belajar tunduk kepada dua hukum, yaitu:
 (1) Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya tingkah laku operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan meningkat.
(2) Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya tingkah laku operanwww.indomaterikuliah.comt tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah. Dan konsekuensi tingkah laku itu ada yang menyenangkan (berupa reward) dan tidak menyenangkan (berupa punisment).
c. Penguatan (reinforcement)
          Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
          Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan hukuman(punishment).
a. Positive Reinforcement (Penguatan Positif)
Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat  karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang.
Rangsangan yang diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif
       b. Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)
Negative Reinforcement adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang  merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh,  seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi sikap kemarahan dari ibunya.
Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yangbaik.
* Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik
* Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik        
2.    Penguatan primer dan sekunder
Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti air, makanan, udara dll. Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik seperti pujian, pangkat, uang dll.
            Teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi.
            Di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: (A) teori behaviorisme; (B) teori belajar kognitif menurut Piaget; (C) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (D) teori belajar gestalt.


A. Teori Behaviorisme
            Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
4. Social Learning menurut Albert Bandura.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat dalam perubahan yang terjadi, tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.
            Teori belajar klasik terjadi sebelum abad ke-20 dan teori belajar modern terjadi setelah abad ke-20. Masing-masing dalam teori diatas menjelaskan belajar dan pembelajaran yang berbeda-beda.
3.3. Saran
Perkembengan dunia pendidikan terus berlangsung sejalan dengan tuntutan hidup manusia untuk menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin maju dan kompleks. Dunia pendidikan juga dituntut untuk peka terhadap perubahan dan perkembangan sekecil apa pun dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks ini peran guru tidaklah kecil. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan, kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disaran kepada semua yang berhubungan  dengan dunia pendidikan dan khususnya guru dapat membaca dan memahami Teori-teori pembelajaran.       
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia, “Pembelajaran”, https://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran (diakses pada         15 Maret 2017)
Hasmirah Thamrin, “Teori-Teori Belajar”, http://indomaterikuliah.blogspot.co.id       (diakses pada 15 Maret 2017)

Post a Comment

0 Comments