Kata Pengantar
Puji dan syukur kami dari kelompok tujuh
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang dan
keridhoan-Nya sehingga kami mendapatkan kekuatan dalam menyusun makalah ini,
juga berkat segala rahmat dan karunia-Nya akhirnya tersusunlah makalah yang berjudul, ”Pembelajaran dan Pengembangan
serta Orientasi Pendidikan Islam”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Ilmu Pendidikan Islam.
Kami menyadari dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun penyajiannya. Yang
dari beberapa referensi saja pastinya makalah kami banyak kekurangan, Untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah memberikan kemanfaatan atas
makalah ini, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Amin.
Garut,
April 2017
Daftar isi
Kata
pengantar ........................................................................................................
i
Daftar
isi .................................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................................
1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................................
1
1.3 Tujuan penulisan ..............................................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian pendidikan Islam
........................................................................... 2
2.2
Pembelajaran pendidikan Islam
....................................................................... 3
2.3
Pengembangan pendidikan Islam
.................................................................... 5
2.4
Orientasi pendidikan Islam .............................................................................
7
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
....................................................................................................
10
Daftar
pustaka
.....................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
Pendidikan
pada hakikatnya adalah unsure yang sangat urgent sekali dalam kelangsungan
hidup setiap manusia karna pada dasarnya seseorang itu membutuhkan persiapan
yang matang dalam merencanakan dan melangsungkan masa depan.[1] Dari
usaha dan hasil yang di tempuh itu berhasil atau tidaknya tergantung pada
setiap usaha yang di lakukan, manusia di bekali oleh ALLAH SWT sebuah akal yang
pada fitrahnya di gunakan untuk berfikir dan bagaimana untuk melangsungkan
kehidupanya yang kelak dari hasilnya itu dapat di pertanggung jawabkan pada
hari akhir. Berbicara tentang dunia pendidikan tidaklah lengkap bila tidak
mengkaji satu persatu apa yang ada dalam pelaksanaanya, namun di sini penulis
membatasi kajian penulisan ini hanya tertuju pada pembelajaran dan pengembangan
serta orientasi dalam pendidikan Islam.
b.
Rumusan masalah
1.
Apa
itu pembelajaran dalam pendidikan Islam?
2.
Bagaimana
perkembangannya dalam pendidikan Islam?
3.
Bagaimana
orientasinya dalam pendidikan Islam?
c.
Tujuan penulisan
Tujuan yang dapat kita peroleh dari
hasil pengkajian ini diantaranya adalah mengenai :
·
Bagaimana
mengetahui pembelajaran dalam pendidikan Islam.
·
Mengetahi
perkembangan pendidikan Islam dan lebih mengembangkan dalam proses pendidikan.
·
Mengetahui
orientasi dalam pendidikan Islam.
Penulis berharap pembaca dapat mengetahui dan mengaplikasikannya dalam
kegiatan belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
mengayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Dan untuk mencapai pengertian tersebut
maka harus ada serangkaian yang saling mendukung antara lain:
·
Pendidikan
agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan
atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.
·
Peserta
didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti yang dibimbing,
diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.
·
Pendidik/
Guru (GBPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan
secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan tertentu.
Kegiatan PAI diarahkan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap peserta
didik, yang di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga
sekaligus untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga membentuk
kesalehan sosial
Menurut Zakiyah Darajdat (1989; 87) yang
dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani, “Pendidikan agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.
Sedangkan
Tayar Yusuf (1986; 35) mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar
generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa kepada Allah.[2]
Dari
pengertian dapat diketahui bahwasannya dalam penyampaian PAI maupun menerima
PAI adalah dua hal yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh peserta didik
dan guru untuk untuk meyakini akan adanya suatu ajaran kemudian ajaran tersebut
difahami, dihayati dan setelah itu diamalkan atau diaplikasikan, akan tetapi
disitu juga dituntut untuk menghormati agama lain
Sedangkan
dalam buku “Ilmu pendidikan Islam” yang ditulis H.M. Arifin dikatakan
Pendidikan agama Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan
seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena
nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.
Dengan
istilah lain, manusia yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu harus mampu
hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita Islam.
Pengertian
pendidikan agama Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem pendidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hambah Allah. Pendidikan
Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai tersebut juga mengembangkan
kemampuan berilmu pengetahuan. Sejalan dengan nilai-nilai Islam yang
melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis
kematangan yang mengutungkan.
B.
Pembelajaran dalam Pendidikan Islam
1.
Pengertian
pembelajaran
Terdapat
beberapa pengertian yang menjelaskan makna pembelajaran, di antaranya sebagai
berikut:
a.
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan
pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan
efesien.[3]
b.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran
terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Material; buku-buku, papan tulis
dan lainnya, fasilitas dan perlengkapan; ruang kelas, dan lainnya. Prosedur meliputi,
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, dan sebagainya.[4]
Menurut Wina Sanjaya ada beberapa
manfaat yang dicapai jika kajian tentang sistem pembelajaran dilaksanakan
dengan baik, di antara manfaat tersebut adalah:
a. Arah
dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan serta dirumuskan dengan jelas,
konkrit, dan terorganisir. Hal ini supaya dapat membantu dalam penentuan
langkah-langkah proses pembelajaran, sebagai bahan utama dalam pengembangan
komponen-komponen pembelajaran, dan
dijadikan tolak ukur sejauh mana efektivitas proses pembelajaran.
b. Kinerja
pendidik lebih sistematis, sehingga pola fikirnya dan kegiatannya lebih runtut
yang dimungkinkan diperoleh hasil optimal. Dengan kata lain bisa terhindar dari
kegiatan-kegiatan yang tidak perlu
dilakukan.
c. Sebagai
perancang pembelajaran dengan optimalisasi segala potensi serta sumber daya
yang relevan dan tersedia. Pada akhirnya diharapkan tercapainya efisiensi,
dengan alakosi waktu yang sama namun bisa dihasilkan mutu pembelajaran yang
berkualitas.
d. Menjadi
bahan umpan balik, yaitu untuk diketahuinya keberhasilan pembelajaran sudah sesuai tujuan atau belum.
Selain itu untuk penilaian komponen
pembelajaran manakah yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki kualitasnya agar
bisa pada tahap pencapaian tujuan
pembelajaran yang diharapkan.[5]
Pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai
upaya membuat peserta didik dapat belajar, terdorong belajar, mau belajar dan
tertarik untuk terus menerus mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam
kurikulum agama Islam sebagai kebutuhan peserta didik secara menyeluruh yang
mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku
seseorang baik dalam kognitif, efektif dan psikomotorik.
Pemaknaan pembelajaran pendidikan agama
Islam merupakan bimbingan menjadi muslim yang tangguh dan mampu merealisasikan
ajaran Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
insan kamil. Untuk itu penanaman Pembelajaran PAI sangat penting dalam
membentuk dan mendasari peserta didik.Dengan penanaman pembelajaran PAI sejak
dini diharapkan mampu membentuk pribadi yang kokoh, kuat dan mandiri untuk
berpedoman pada agama Islam.
C.
Pengembangan dalam Pendidikan Islam
Tugas pendidikan Islam terutama
mengembangan kemampuan peserta didik agar dapat berkembang secara optimal.
Sedangkan fungsi pendidikan Islam adalah sebagai: (1) upaya pengembangan
potensi peserta didik secara optimal, baik potensi jasmani, akal maupun hati;
(2) upaya interaksi potensi dengan tuntutan dan kebutuhan lingkunganya; (3)
rekonstruksi pengalaman yang terus menerus agar dapt berbuat sesuatu secara
inteligen dan mampu melaksanakan penyesuaian dan penyesuaian kembali dengan
tuntutan.
1. Perkembangan Studi Islam
Perkembangan studi Islam terkait erat
dengan perkembangan pendidikan Islam yang membahas kurikulum dan kelembagaannya
baik di dunia Islam, dunia Barat maupun di Indonesia sendiri. Bahan bagian ini
diadaptasi dari Pengantar Studi Islam Hadidjah dan M. Karman al-Kuninganiy (2008:11-21).
·
Studi
Islam di Dunia Islam
Menurut catatan sejarah, ada empat
perguruan tinggi yang disebut-sebut sebagai kiblat bagi pengembangan studi
Islam di dunia Muslim, yang selanjutnya diikuti oleh para orientalis dalam
studi Islam di kalangan sarjana Barat.
Pertama, Madrasah Nizhamiyah di
Nisyafur. Madrasah ini, menurut Ibnu Khalikan (w. 681-1282) dibangun oleh
Nizham al-Mulk untuk al-Juwaini, tokoh Asy’ariah, dan sekaligus guru besar di
madrasah ini selama tiga dekade hingga wafatnya pada 478/1085 (Hasan Asari, 1994:57).
Madrasah ini terdiri dari tiga bagian inti, gedung madrasah, masjid dan perpustakaan
(bayt al-maktab). Madrasah ini memiliki beberapa staff, yaitu seorang guru
besar (mudarris) yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengajaran, seorang ahli
Alquran (muqri’), ahli hadis (muhaddits), dan pengurus perpustakaan, yang bertanggungjawab
terhadap tugasnya masing-masing. Tercatat nama-nama seperti al-Juwaini, Abu
al-Qasim, al-Kiya al-Harrasi, al-Ghazali dan Abu Sa’id sebagai mudarris, Abu
al-Qasim, al-Hudzali dan Abu Nasyar al-Ramsyi sebagai muqri’, Abu Muhammad al-Samarqandi
sebagai muhaddits, dan Abu Amir al-Jurjani sebagai pustakawan. AlGhazali pernah
tercatat sebagai asisten al-Juwaini.
Kedua,
madrasah di Baghdad berdiri tahun 455/1063 yang dibangun oleh khalifah al-Makmun
(813-833 M), yang dilengkapi dengan perpustakaan termasyur, Bayt alHikmah. Berbeda
dengan madrasah Nizhamiyyah di Nisyafur, di Baghdad tidak memiliki masjid.
Sebagai madrasah terbesar di zamannya, madrasah ini diajar oleh para guru besar
yang memiliki reputasi tinggi, seperti Abu Ishaq al-Syirazi (w. 476/1083),
al-Kiya al-Harasi, dan al-Ghazali (1058-1111 M) yang tercatat sebagai pemikir
terbesar dengan sebutan Imam al-Ghazali dan pengaruhnya cukup kuat di Timur.
Madrasah yang beridiri hampir dua abad ini akhirnya hancur, sekaligus
melambangkan kehancuran Islam pada masa pemerintahan Abbasiah, setelah Hulagu
Khan (1256-1349 M) melakukan penyerbuan besar-besaran ke Baghdad.
Ketiga,
Universitas Al-Azhar di Kairo. Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir ini tidak terlepas
dari eksistensi Abbasiah-Syiah yang pengaruh kekuatan politiknya mulai melemah.
Di sinilah wilayah-wilayah kekuasaan Daulat Ababsiah seperti Thahiriyah, Safawiyah,
Samawiyah, Thuluniyah, Fathimiyah, Ghaznawiah, dan lain-lain menuntut otonomisasi.
Di Universitas Al-Azhar ini, rektor (syekh Al-Azhar), selain merupakan jabatan akademis,
juga merupakan kedudukan politis yang berwibawa vis avis kekuasaan politik. Tetapi,
sejak Dinasti Usmaniah (1517-1798) pamor Al-Azhar mulai menurun, sehingga Muhammad
Ali mengintervensi Al-Azhar dalam membenahi Al-Azhar sejak paroh abad ke-19.
Kenyataan ini pula yang membawa preseden lenyapnya “independensi” Al-Azhar sebagai
lembaga akademis, yang pada gilirannya mempengaruhi otoritas dan pamornya, terutama
dalam hubungannya dengan kekuasaan politik hingga kini.
Keempat, Universitas Cordova,
Pemerintahan Abdurrahman I dipandang sebagai tonggak kemajuan ilmu dan
kebudayaan di Cordova. Sejarah mencatat bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris)
belajar di Cordova pada tahun 1120 M yang mendalami geometri, aljabar dan
matematika.
·
Studi
Islam di Dunia Barat
Barat mengembangkan penelitian mereka
dalam bidang ilmu pengetahuan di Barat. Francirs Bacon (1561-1626) telah
megilhami para sarjana Barat dalam kegiatan observasi dan eksperimen, terutama
karyanya Novu Organon. Tercatat tokoh yang mengembangkan ilmu pengetahuan dari
penerjemahan manuskrip Arab tersebut Gerbert d’Auvergne (999-1003 M) dalam
bidang kedokteran dan matematika di abad ke-11 M. Pada pertengahan abad ke-12 M
dibentuk semacam kelompok penerjemah yang diketuai oleh Archdeacon Dominicues
Gundasalvi. Kelompok ini untuk pertama kalinya menerjemahkan humpunan komentas
Ibnu Sina dan alGhazali dalam bahasa Latin. Karya Ibnu Sina untuk pertama
kalinya diterjemahkan dalam bidang kedokteran berjudul Canon of Medicine oleh
Cromena (w. 1187 M).
Setelah ilmu pengetahuan Islam (Muslim)
‘migran’ ke Barat dan dikembangkan oleh para sarjana mereka, ternyata banyak
ajaran Islam yang menyimpang dari ajaran sebenarnya, karena telah dirasuki oleh
paham sekuler. Inilah yang menyebabkan para sarjana Muslim melakukan upaya
pemurnian ajaran.
Dalam perkembangan selanjutnya, studi
Islam di Barat sedikit bervariasi. Di Chicago University, studi Islam
menekankan pada bidang pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah klasik dan
bahasa-bahasa Islam non Arab. Studi Islam tersebut berada di bawah Pusat Studi
Timur Tengah dan Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Timur Dekat, di Amerika, studi
Islam pada umumnya menekankan pada studi sejarah Islam, bahasa-bahasa Islam
selain bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu sosial, yang berada di bawah Pusat Studi
Timur Tengah atau Timur Dekat. Di UCLA, studi Islam dibagi empat komponen. Pertama,
mengenai doktrin dan sejarah Islam, termasuk pemikiran Islam. Kedua,
bahasa Arab dan teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum dan lain-lain. Ketiga,
bahasa-bahasa non Arab yang muslim, seperti Urdu, Persia, Turki, bahasa yang
telah menghantarkan kebudayaan. Keempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah
bahasa Arab, bahasa-bahasa Islam, sosiologi dan lain-lain.
·
Studi
Islam di Indonesia
Perkembangan studi Islam di Indonesia
dapat dilihat dari perkembangan lembaga pendidikan, mulai dari sistem
pendidikan langgar, sistem pesantren, sistem pendidikan di kerajaan-kerajaan
Islam, hingga munculnya sistem kelas. Pendidikan pesantren dan madrasah sangat
menonjol dalam studi Islam di Indonesia.
Di samping pesantren, perguruan tinggi
Islam tentu menjadi sebuah lembaga paling diminati untuk studi Islam secara
komprehensif. Perguruan Tinggi Islam di Indonesia, seperti STAIN, IAIN,dan UIN,
dapat dijadikan rujukan bagi pengembangan studi Islam. Munculnya gagasan
pendirian perguruan tinggi Islam seperti IAIN/STAIN tidak terlepas dari
kesadaran kaum Muslim yang dilatarbelakangi berbagai faktor. Pertama, untuk
mengakomodasi kalangan yang tidak memiliki kesempatan melanjutkan ke Timur
Tengah. Kedua, keingingan untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam sebagai
kelanjutan pesantren dan madrasah. Keingingan untuk menyeimbangkan jumlah kaum
terpelajar tamatan sekolah “sekuler” dengan tamatan sekolah agama. Gagasan ini
datang dari kalangan agamawan, juga muncul dari kalangan terpelajar Muslim
tamatan sekolah “sekuler” (Husni Rahim, 2001:178).[6]
D.
Orientasi dalam Pendidikan Islam
·
Orientasi
Orientasi
adalah suatu penetapan atau perasan tentang posisi seseorang dalam kaitannya
dengan lingkungan atau dengan orang tertentu atau sesuatu yang khusus atau
lapangan pengetahuan.
Adapun orientasi pendidikan islam itu
sendiri bahwa islam lebih mementingkan hidup masa depan yang bernilai
duniawi-ukhrawi. Sebagaimana dalam firman Allah SWT berikut ini:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya:
“hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri manusia memperhatikan hal-hal yang diperbuatnya untuk hari esok akhirat)
bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr: 18).
Ayat di atas memberikan indikasi kepada
kita bahwa pendidikan islam itu adalah adanya keseimbangan antara ilmu dunia
dan akhirat. Sehingga ketika seseorang melakukan perbuatan yang dilarang maka
ia mempertimbangkannya kembali. Sebab jika melakukan perbuatan itu, berarti ia
telah merusak kehidupan masa depannya.
Ada tiga sumber pokok orientasi
pendidikan islam, antara lain:
a.
Orientasi pengembangan kepada Allah Yang Maha Mengetahui, yang menjadi
sumbernya segala sumber ilmu pengetahuan.
b.
Orientasi pengembangan ke arah kehidupan sosial manusia, di mana hubungan antar
manusia semakin kompleks dan luas ruang lingkupnya akibat pengaruh kemajuan
ilmu dan teknologi modern yang maju pesat.
c.
Orientasi pengembangan ke arah alam sekitar yang diciptakan Allah untuk
kepentingan hidup umat manusia, mengandung macam kekayaan alam yang harus
digali, dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia bagi kesejahteraan hidupnya di
dunia untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
·
Orientasi
pendidikan Islam
Orientasi pendidikan islam adalah Suatu
cara penyebaran islam yang dilakukan secara intensif atau secara
bersungguh-sungguh. Para pendahulu dalam rangka perpaduan antara konteks
keIndonesiaan dengan keIslaman. Tak heran jika pada awalnya pendidikan islam
tampak sangat tradisional. Namun, dijaman modernisasi, pendidikan islam mulai
tampak dengan diambilnya bentuk madrasah sebagai salah satu pendidikan islam
selain pesantren.
Orientasi pendidikan islam yang
filosofis qurani adalah menggunakan prinsip dasar-dasar alquran sebagai bahan
sandaran atau yang penulis maksud adalah kebenaran yang hakiki [absolut].
Adapun indikatornya dikembangkan ke dalam metode-metode yang diterapkan dalam
dunia pendidikan saat ini, dan tentunya tanpa mengurangi dari esensi alquran
itu sendiri. Adapun metodenya adalah menggunakan pembelajaran berbasis fitrah
dalam bukunya Achjar Chalil. Yang ditekankan adalah mengendalikan dorongan hati
dengan cara berdzikir, karena dengan berdzkir akan memberikan kekuatan pada
seseorang untuk berpikir positif, selalu optimis, dan mampu mengurangi atau
bahkan menghilangkan derajat kecemasan yang menggelayuti jiwanya.[7]
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
·
Pembelajaran
PAI dapat diartikan sebagai upaya membuat peserta didik dapat belajar,
terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari apa
yang teraktualisasikan dalam kurikulum agama Islam sebagai kebutuhan peserta
didik secara menyeluruh yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif
tetap dalam tingkah laku seseorang baik dalam kognitif, efektif dan
psikomotorik.
·
Tugas
pendidikan Islam terutama mengembangan kemampuan peserta didik agar dapat
berkembang secara optimal. Sedangkan fungsi pendidikan Islam adalah sebagai:
(1) upaya pengembangan potensi peserta didik secara optimal, baik potensi
jasmani, akal maupun hati; (2) upaya interaksi potensi dengan tuntutan dan
kebutuhan lingkunganya; (3) rekonstruksi pengalaman yang terus menerus agar
dapt berbuat sesuatu secara inteligen dan mampu melaksanakan penyesuaian dan
penyesuaian kembali dengan tuntutan.
·
Orientasi
pendidikan islam adalah Suatu cara penyebaran islam yang dilakukan secara
intensif atau secara bersungguh-sungguh. Para pendahulu dalam rangka perpaduan
antara konteks keIndonesiaan dengan keIslaman. Tak heran jika pada awalnya
pendidikan islam tampak sangat tradisional. Namun, dijaman modernisasi,
pendidikan islam mulai tampak dengan diambilnya bentuk madrasah sebagai salah
satu pendidikan islam selain pesantren.
Daftar pustaka
Dr. Ahmad Tafsir. 1994.
Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Ramayulis.1994. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Oemar Hamalika. 2008. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Prof. Dr. SUPIANA, M.Ag. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta
[1] Dr.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung ; PT
Remaja Rosda Karya , 1994) cet.II, hal.74.
[2] Abdul
Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130
[3] Yatim
Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Sebagai Referensi bagi Pendidikan
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas), (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), Cet. 2, hlm. 132.
[4] Oemar
Hamalika, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.
VIII, hlm. 57
[5] Sanjaya,
Perencanaan dan Desain, 7-8.
[6] Prof.
Dr. SUPIANA, M.Ag., Metodologi Studi Islam, (Jakarta. 2012), Cet. 2,
hlm. 9-14
[7] Ramayulis,
1994, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia)
0 Comments