RESUME - ULUMUL QUR'AN - PERTANYAAN DAN JAWABAN

Oleh Salsabilmus

RESUME ULUM AL-QUR’AN

Materi:
1. Pengertian dan pengenalan tentang Al-Qur’an, Ulum al-Qur’an dan ruang lingkup-nya.
2. Sejarah turun dan penulisan al-Qur’an.
3. Asbab an-Nuzul; pengertian, urgensi & ungkapan-ungkapan.
4. Munasabah al-Qur’an; pengertian, urgensi dan kegunaannya.
5. Al-Muhkam & Al-Mutasabbih.
6. Qiro’at Al-Qur’an; pengertian, latar belakang & urgensinya.
7. I’jaz al-Qur’an; pengertian, macam-macam & segi kemu’jizatannya
8. Pengertian dan Perbedaan Tafsir, Ta’wil & tarjamah.
9. Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan.


PEMBAHASAN
1.      Pengertian dan pengenalan tentang Al-Qur’an, Ulum al-Qur’an dan ruang lingkup-nya.
1.1.  Pengertian Al-Qur’an
            Ali as-Sabani dalam bukunya at-tibyan, mengatakan bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada Nabi Muhammad. Penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, mempelajarinya dan membacanya merupakan Ibadah, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.
Nama lain al-Qur’an: Al-kitab (yang ditulis), Al-furqan (pembeda), Az-zikri (pengingat), Al-Mauizah (menasehati), Al-hukm/Al-Hikmah (peraturan hukum/kebijaksanaan), Asy-Syifa (obat/penyembuh), At-tanzil (diturunkan), Al-huda (petunjuk), Ar-rahman (kasih sayang).
1.2.  Pengertian Ulumul Qur’an
            Ulumul Qur’an terdiri atas dua kata: Ulum da Al-Qur’an. Ulum adalah jamak dari kata tunggal ilm, yang secara harfiah berarti ilmu. Sedangkan al-Qur’an adalah nama bagi kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan demikian, maka secara harfiah kata “Ulumul Qur’an” dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu al-Qur’an.
            Ulumul Qur’an adalah suatu Ilmu yang lengkap dan mencakup semua ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an. Baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti tafsir, maupun berupa ilmu ‘Irab al-Qur’an.
1.3.  Ruang Lingkup
            Menurut Quraish Shihab, materi pembahasan Ulumul Qur’an dapat dibagi dalam empat komponen:
1)      Pengenalan terhadap al-Qur’an.
2)      Kaidah-kaidah tafsir.
3)      Metode-metode tafsir.
4)      Kitab-kitab tafsir dan mufasir.
            Senada dengan pandangan al-Bulqiny, Hasby as-Shiddieqi berpendapat dari segala macam pembahasan Ulumul Qur’an itu kembali ke beberapa pokok pembahasan saja seperti:
1)      Nuzul, ayat-ayat yang menunjukkan tempat dan waktu turunnya ayat suci al-Qur’an. Misal: Makiyah, Madaniah, dll.
2)      Sanad, sanad yang mutawarir, syadz.
3)      Ada’ al-Qiraah, menyangkut waqaf, ibtida’, imalah, mad, idgham, dll.
4)      Pembahasan yang menyangkut lafaz al-Qur’an, yaitu tentang gharib, mu’rab, dll.
5)      Pembahasan makna al-Qur’an berhubungan dengan hukum.
6)      Pembahasan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan lafaz, yaitu: fasl, wasl, ijaz, qasr, itnab dan musawah.

2.      Sejarah turun dan penulisan al-Qur’an.
2.1.  Sejarah Penuruan Al-Qur’an
            Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Proses turunnya Al-Qur’an sampai kepada Nabi Muhammad SAW melalui 3 tahap, yaitu:
Ø  Tahap pertama, al-Qur’an dari Allah ke Lauh al-Mahfuzh, yaitu suatu tempat yang merupakan catatan segala ketentuan dan kepastian Allah SWT. proses pertama ini diisyaratkan dalam QS. Al-Buruuj[85]: 21-22.
Ø  Tahap kedua, al-Qur’an diturunkan sekaligus dari Lauh al-Mahfuzh ke bait al-izzah (tempat yang berada di langit dunia). Proses kedua ini diisyaratkan Allah dalam Al-Qadr[97]: 1.
Ø  Tahap ketiga, al-Qur’an diturunkan daro bait al-izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan berangsur-angsur sesua dengan kebutuhan. Ada kalanya satu ayat, dua ayat dan bahkan kadang-kadang satu surat. Mengenai tahap ini diisyaratkan Allah dalam QS. Asy-Syu’ara[26]:192-295.
2.2.  Pengumpulan Al-Qur’an
            Dimulai dengan tersimpannya secara lengkap sesuai urutannya didalam dada Rasulullah. Ketika malaikat Jibril memperdengarkannya kepada beliau sekali setiap tahun. Dan dua kali pada tahun terakhir dalam kehidupan beliau. Pemeliharaan al-Qur’an ini meliputi juga pemeliharaan terhadap sunnah Rasulullah Saw.

3.      Asbab an-Nuzul; pengertian, urgensi
3.1.  Pengertian Asbab an-Nuzul.
            Menurut Lughah: bentuk idhafah dari kata “sebab” dan “nuzul” secara etimologi, asbab an-nuzul yaitu sebab-sebab yang melatarbelakangi sesuatu.
            Menurut istilah: peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Qur’an berkenan dengan waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.
3.2.  Urgensi (pentingnya) Mengetahui Asbab an-Nuzul
1. Membantu memahami kandungan suatu ayat secara benar ketika dihubungkan dengan sebab yang melatarbelakangi turunnya.
2. Menghubungkan al-Qur’an dengan realitas kehidupan yang dijalani oleh kaum Muslim ketika itu.
4.      Munasabah al-Qur’an; pengertian, urgensi dan kegunaannya.
4.1.  Pengertian Munasabah Al-Qur’an
            Secara etimologi, menurut Al-Qattan (2000:137) memiliki arti al-muqabarah (kedekatan). Amin Suma (2013:236) menyebutkan bahwa kata munasabah bermakna perhubungan, pertalian, pertautan, persesuaian, kecocokan, dan kepantasan.
            Secara terminologis, memiliki banyak ungkapan, seperti yang dikemukakan oleh para tokoh. Menurut Az-Zarkasyi dalam Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar (2008:82). Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami dan ketika dihadapkan pada akal, pasti akal dapat menerimanya.
4.2.  Aspek-aspek Munasabah Al-Qur’an
            As-Suyuti sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar (2008:84-95) menyebutkan bahwa dalam Al-Qur’an paling tidak terdiri atas tujuh aspek atau tujuh macam munasabah. Untuk memahami lebih jauh aspek-aspek munasabah yang telah diterangkan, berikut ini beberapa contoh munasabah dalam Al-Qur’an.
4.2.1.      Munasabah antara satu surah dengan surah sebelumnya
            Menurut As-Suyuti, munasabah antara satu surah dengan surah sebelumnya berfungsi untuk menerangkan atau menyempurnakan surah sebelumnya. Contohnya, surah al-Fatihah ayat 1 ada kata al-hamdulillah (segala puji bagi Allah). Menurutnya, kata ini berkorelasi atau bermasalah dengan surah Al-Baqarah ayat 152 dan 186.
فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”(Q.S. Al-Baqarah[2]: 152)
            Kemudian, kalimat rabbil ‘alamin (Tuhan yang mengurus atau mengatur alam raya) yang terdapat dalam surah Al-Fatihah ayat 1 juga memiliki korelaso atau munasabah dengan surah Al-Baqarah ayat 21-22.

4.2.2.      Munasabah antara nama surah dengan tujuan turunnya
            Masing-masing surah dalam Al-Qur’an memiliki tema pembicaraan yang menonjol yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini tercermin dalam nama surah itu sendiri. Misalnya, dalam surah Al-Baqarah yang membicarakan sapi betina, surah Al-Maidah yang membicarakan hidangan atau makan yang halal dan yang haram, surah Yuusuf yang mengisahkan Nabi Yusuf, surah Maryam yang mengisahkan Siti Maryam, surah Jin yang berbicara tentang jin.
            Dalam surah Al-Baqarah, misalnya, kita dapat lihat dalam Q.S. Al-Baqarah[2]:67-71. Cerita tentang sapi betina dalam ayat diatas, inti pembicaraannya, yaitu kekuasaan Tuhan membangkitkan orang mati. Dengan kaa lain, surah ini terkait dengan kekuasaan Tuhan dan keimanan pada hari kemudian (Rosihon Anwar, 2008:88).
4.2.3.      Munasabah antarbagian suatu surah
            Sebagaimana telah dikemukakan bahwa antarbagian dalam Al-Qur’an pada dasarya memiliki keterkaitan, demikian halnya antarbagian dalam satu surah. Dari mulai awal surah hingga akhir surah atau ayat-ayat dalam satu surah itu sering membentuk munasabah satu sama lainnya.
4.2.4.      Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan
            Pola yang digunakan dalam munasabah ini banyak muncul dalam bentuk ta’kid (penguatan), tafsir(penjelasan) , istirad(bantahan) dan  tasydid(penegasan).
            Pola munasabah dalam bentuk ta’kid(peguatan) terlihat apabila salah satu ayat atau bagian ayat (yang sesudahnya) memperkuat makna ayat atau bagian ayat yang terletak di sampingnya.
            Pola munasabah yang menggunakan bentuk tafsir terlihat apabila suatu ayat atau bagian dari ayat tertentu ditafsirkan maknanya oleh ayat atau bagian ayat di sampingnya.
            Pola munasabah dalam bentuk tasydid terlihat apabila satu ayat atau bagian ayat mempertegas bagian ayat sebelumnya.
            Pola munasabah yang menggunakan istirad terlihat saat ada penjelasan lebih lanjut dari suatu ayat. Misalnya, yang terdapat dalam firman Allah swt. berikut ini. Q.S Al-A’raf[7]:26
4.2.5.      Munasabah antar suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat di sampingnya
            Ayat Al-Qur’an, selain terkumpul dalam surah-surah tertentu, juga terdapat dalam kelompok-kelompok ayat yang memiliki makna tertentu pula. Bentuk munasabah seperti ini misalnya dapat kita lihat dalam surah Al-Baqarah ayat 1-20 yang mana Allah menjelaskan kebenaran dan fungsi Al-Qur’an bagi orang-orang yang bertakwa. Kemudian, pada kelompok ayat berikutnya Allah menjelaskan tiga karakter atau ciri-ciri orang yang berbeda-beda, yaitu karakter orang mukmin, kafir dan munafik.
4.2.6.      Munasahab antara fasilah(pemisah) dan isi ayat
            Bentuk munasabah ini mengandung tujuan-tujuan tertentu, diantaranya untuk menguatkan makna yang terkandung dalam suatu ayat.
4.2.7.      Munasabah antara awal dan akhir surah yang sama
            Salah satu rahasia keajaiban Al-Qur’an adanya keserasian serta hubungan yang sangat erat antara awal uraian suatu surah dengan akhir uraiannya. Sebagai contoh, dikemukakan oleh Az-Zamakhsyari dan juga Al-Kirmani bahwa surah Al-Mu’minin diawali dengan
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُون” (respek Tuhan kepada orang-orang mukmin) dan di akhiri dengan (sama sekali Allah tidak menaruh respek terhadap orang-orang kafir). Dalam surah Al-Qasas, As-Sayuti melihat adanya munasabah antara pembicaraan tentang perjuangan Nabi Musa menghadapi Fir’aun, seperti tergambar pada awal surah, dengan Nabi Muhammad saw. yang menghadapi tekanan kaumnya, seperti tergambar pada situasi yang dihadapi oleh Musa a.s. dan Muhammad saw., serta jaminan Allah bahwa mereka akan memperoleh kemenangan.
4.2.8.      Munasabah antara penutup surah dengan awal surah berikutnya
            Misalnya, akhir surah Al-Waqi’ah ayat 96 berikut, yang artinya:
“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.” (Q.S. Al-Waqi’ah[56]:96)
            Lalu surah berikutnya, yakni surah Al-Hadid ayat 1, yang artinya:
“Apa yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Q.S. Al-Hadid[57]:1)
4.3.  Urgensi dan Kegunaan Munasabah Al-Qur’an
Urgensi dan Kegunaan Mempelajari Munasabah Dapat memudahkan memahami ayat al- Qur’an terutama ayat yang tidak disertai asbab an-Nuzulnya hal karena ayat-ayat al-Qur’an satu sama lainnya mempunyai hubungan erat, dengan demikian tidak perlu lagi mencari asbab an-Nuzulnya, karena pertautan satu ayat dengan ayat lainnya sudah dapat mewakilinya.
5.      Al-Muhkam & Al-Mutasabbih.
5.1.  Muhkam
“(inilah) Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan muhkam kemudian dijelaskan secara terperinci (yang diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana, Mahateliti.” (QS. Hud[11]: 1)
5.1.1.      Pengertian Muhkam
            Muhkam menurut bahasa berasal dari kata al-ahkama yang berarti mencegah. Menurut istilah A-Razi bahwa Muhkam adalah ayat-ayat yang maksudnya sudah jelas dan tegas. Sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan kekeliruan dalam pemahamannya.
5.1.2.      Contoh ayat Muhkam
·         QS. Al-Baqarah[2]: 2
·         QS. Al-Baqarah[2]: 275
·         QS. Al-Baqarah[2]: 21
·         QS. Al-Ikhlas[112]: 1
5.1.3.      Karakteristik Ayat-ayat Muhkam
ü  Makna dan maksudnya sudah diketahui dengan jelas.
ü  Tidak mengandung kecuali hanya satu pengertian; tidak memunculkan sisi arti lain.
ü  Mudah diketahui; makna dapat dipahami oleh akal.
ü  Ayat berdiri sendiri (dalam pemaknaannya)
ü  Ayat yang dimaksud segera diketahui tanpa penakwilan.
ü  Lafalnya tidak berulang-ulang.
ü  Yang termasuk ayat-ayat Muhkam adalah ayat tentang nasikh, halal haram, hudud, larangan, kewajiban, janji dan ancaman.

5.2.  Mutasyabih
5.2.1.      Pengertian Mutasyabih
            At-tasyabih: sesuatu yang menyerupai sesuatu yang lain. Menurut Manna’ khalil Al-Qattan bahwa ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya tidak diketahui kecuali oleh Allah. Jika manusia berusaha memahami maksudnya maka memerlukan keterangan atau penjelasan dengan merujuk pada ayat-ayat lain. Karena biasanya ayat-ayat mutasyabih itu mengandung lebih dari 1 wajah.
5.2.2.      Contoh ayat Mutasyabih
·         “Yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam diatas Arsy” (QS. Thaha: 5).
·         “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah” (QS. Al-Qash).
5.2.3.      Karakteristik Ayat-ayat Mutasyabih
ü  Maksudnya hanya diketahui oleh Allah.
ü  Maknanya belum jelas.
ü  Mempunyai kemungkinan ada sisi arti lain atau makna lain.
ü  Makna tidak dapat dipahami oleh akal.
ü  Untuk mengetahui maknanya memerlukan penjelasan yang merujuk pada ayat-ayat lain.
ü  Ayat yang memerlukan penakwilan untuk mengetahui maksudnya.
ü  Lafadznya berulang-ulang.

6.      Qiro’at Al-Qur’an; pengertian, latar belakang & urgensinya.
6.1.  Pengertian Qiro’at Al-Qur’an
            Istilah qiraat merupakan kata benda bentukan (masdar) yang berasal dari kata kerja qara’a. Secara etimologis, artinya bacaan. Secara teminologis, beberapa definisi qiraat telah dikemukakan oleh para pakar al-Qur’an. Menurut az-Zarqani dalam Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an qiraat adalah suatu aliran bacaan Al-Qur’an di mana penyebutan huruf maupun pengucapan bentuk bacaannya berbeda-beda menurut para ahli qiraat dan masing-masing mengakui keabsahan bacaan itu.
6.2.  Latar Belakang
Penyebaran Qiro’at:
1)      Dari golongan sahabat: Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah ibn Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari.
2)      Dari golongan Tabi’in:
·         Madinah: Urwah ibn Zubair, Muaz ibn Al-Qari, Abdurrahman ibn Hurmuz Al-‘Araji, dll.
·         Makkah: Ubaid ibn Umair, Ata’ ibn Rabiah, Tawus Mujahid ibn Jabar, Ikrimah.
·         Kufah: Al-qalamah ibn Qais, Ubaidah ibn Naqah, Zin ibn Hubaisy, dll.
·         Barsah: Yahya ibn Ya’mur al-Udwani, Amir ibn Qais, Abul ‘Aliyah ar-Riyahi, dll.
·         Syam: al-Mugirah ibn Syihab al-Makhzumi, dll.

6.3.  Urgensi Qiro’at
·         Memudahkan ahli fuqaha’ (ahli fiqh) untuk mendapatkan hukum.
·         Sebagai keperluan asasi bagi pelaksanaan syariat Islam.
7.      I’jaz al-Qur’an; pengertian, macam-macam & segi kemu’jizatannya
7.1.  Pengertan I’jaz al-Qur’an
            I’jaz Al-Qur’an (kemukjizatan Al-Qur’an) ialah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki Al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia baik secara berpisah – pisah maupun secara berkelompok, untuk bisa mendatangkan sesuatu yang serupa atau menyamainya.
7.2. Macam-macam
·         I’jaz Balaghi
Sebagian ulama mengatakan bahwa salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah berita ghaibnya. Salah satu contoh berita ghaib adalah kisah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa AS. Hal ini diceritakan dalam Q.S. Yunus : 92
·         I’jaz Lughawi
Menurut Quraish Shihab ( Rosihan Anwar, 2003 : 34 ) memandang segi kemukjizatan Al-Qur’an pada tiga hal, diantaranya segi keindahan dan ketelitian redaksi Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an sendiri banyak dijumpai contoh keseimbangan dan keserasian antara kata – kata yang digunakan, keseimbangan jumlah bilangan kata dan antonim, keseimbangan jumlah kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya, kesimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnya.
·         I’jaz ‘ilmi
Didalam Al-Qur’an Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu. Jumlah ayat – ayat ilmi dalam Al Qur’an mencapai sekitar 750 ayat yang mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan. Beberapa mukjizat tersebut secara global adalah:
1)      Ilmu Astronomi (Q.S Nuh ayat 38 – 40, Q.S Nuh ayat 16, Q.S Al An’am ayat 125)
2)      Ilmu Geologi (Q.S An Nazi’at ayat 30, Q.S Az Zumar ayat 5, Q.S An Naba’ ayat 7, Q.S Ar Ra’du ayat 41)
3)      Ilmu Gronomi (Q.S Al Baqarah ayat 265, Q.S Al Hijr ayat 22).
Dan masih banyak lagi.

8.      Pengertian dan Perbedaan Tafsir, Ta’wil & Tarjamah.

§  Tafsir adalah ilmu memahami al-Qur’an . Dengan demikian ia merupakan ilmu yang sangat mulia. Menurut az-Zakarsy: Ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dengan menjelaskan makna-maknanya, mengeluarkan atau menggali hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya.
§  Takwil adalah memalingkan kata, kalimat yang ada dalam al-Qur’an dari maknanya yang zahir (tersurat) kepada makna batin (tersirat) karena makna batin itu dianggap lebih sesuai dengan jiwa ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah.
§  Tarjamah adalah mengungkapkan perkataan dengan menggunakan bahasa lain/perkataan ke bahasa lain dengan tidak merubah semua kandungan makna dan maksud awal.

9.      Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan.

1.      QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 7
[3:7] Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mu-tasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

2.      QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 18
[3:18] Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

3.      QS. An-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 83
[4:83] Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).

4.      QS. Huud (Hud) [11] : ayat 24
[11:24] Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan itu)?.

5.      QS. Ar-Ra'd [13] : ayat 16
[13:16] Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".

6.      QS. Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 43
[29:43] Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

7.      QS. Faathir (Fatir) [35] : ayat 19
[35:19] Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.

8.      QS. Faathir (Fatir) [35] : ayat 28
[35:28] Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

9.      QS. Az-Zumar [39] : ayat 9
[39:9] (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

10. QS. Al-Mujaadilah (Al-Mujadilah) [58] : ayat 11
[58:11] Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.




Post a Comment

0 Comments